Senin, 27 Desember 2010

Euforia Lebay!

Bukan nyumpahin bukan suudzon, tapi apa yang gue takutin selama ini ternyata kejadian juga, yaitu TIMNAS kalah! Nyesek ngeliat Timnas dibantai 3-0 sama Malaysia di Stadion Bukit Jalil. Setelah kekalahan Timnas hampir tiap ada berita di tv, radio, koran, internet pasti gue matiin.


Awalnya ngeliat Timnas yang mulai berkembang gue optimis Timnas akan juara. Tapi tiba-tiba gue punya feeling yang gak enak ketika melihat Timnas mulai dibombardir sama euforia yang berlebih dari semua pihak, seolah Timnas udah juara.


Media terlihat "menyanjung” berlebihan bahkan ironisnya di acara gosip tv pun kita bisa lihat luar dalam kehidupan para pemain. Masyarakat pun gak kalah hebohnya, euforia berlebih terlihat dimana-mana. Belum lagi para politisi yang ikut campur ngurusin Timnas demi kepentingan terselubung. Dan gue yakin itu bener-bener sangat mengganggu para pemainnya. Ingat dalam olahraga itu bukan hanya teknis yang diperlukan, non teknis pun sangat berpengaruh.



Jadi inget pas gue masih jadi atlet. Salah satu trik gue untuk ngalahin lawan adalah dengan cara MENYANJUNGNYA berlebihan. Kenapa harus Menyanjunganya? Ini adalah sebuah PSIKOLOGI BERTANDING. Semakin lawan dipuji, dibangga-banggain semakin dia akan jadi beban atau sombong. Ketika jadi beban pemain akan jadi gak fokus sama permainannya, karena yang difokusin cuma dia harus tampil bagus di depan lawan atau supporter, dan cenderung show off. Nah, ketika pertandingan udah jadi beban sekalinya lengah gampang bangget kecolongan & ngedrop. ‎Alhasil mental jadi jatuh, mainnya pun jadi berantakan.



Gue ngeliatnya sama kaya Timnas. Timnas kita udah kena “kutukan Euforia Lebay”. Timnas terlalu "disanjung/dilebay2in" bak sang juara oleh semua pihak. Ya, memang percaya diri itu perlu tapi jangan sampai lupa diri.


Makannya Alffred Riedl (Pelatih Timnas) Bete banget ngeliat Timnas dilebay-lebayin media bahkan dipolitisir sama orang-orang yang punya kepentingan.

Beberapa artikel yang gw dapet bilang bahwa :

  • RT @detikcom: Riedl Akui Tim Terganggu Media dan Agenda PSSI http://de.tk/m1vF5

  • RT @detikcom: SBY: Timnnas Jangan Diganggu, Biarkan Ditangani Pelatih http://de.tk/2d95d

  • RT @detikcom: Eksklusivitas Kebablasan Media di Piala AFF http://de.tk/sancE

  • RT @detikcom: Anas: Timnas Harus Konsentrasi, Undangan Makan & Istigotsah Nanti Saja http://de.tk/ExPKo

  • RT @Bustomi_19: Sebuah tamparan dr Alloh untuk kta semua bahwa kta blm juara blm apa2 tp sdah byk yg takaburrr.......!!!

  • RT @bepe20: I miss the 'old days when football is still something that being talked in a small coffe stall. I think now it's just a lil bit too much

  • RT @lucywiryono: Saat kita mulai 'tinggi' ,Tuhan selalu memberi jangkar utk kita tetap berpijak di bumi :)

  • RT @quraishshihab: Pesan Tuhan "Jgn terlalu gembira bila mmperoleh nikmat, jgn larut dlm ksedihan bila mngalami susah. Semua ada sistem & waktunya"


Meskipun gue cuma pernah menjadi pemain Pelatda dan perstasi gue cuma sebatas nasional belom internasional, tapi gue tau dan ngerasain gimana rasanya tekanan non teknis sangat berpengaruh buat atlet.


Intinya ketika kita "diatas" jangan menjadi lupa diri, ketika "dibawah" pun jangan larut dalam kesedihan, karena semuanya harus sewajarnya dan jangan berlebihan

Jangan!!

  • Jangan pernah ngomong keadilan kalo lo belum bisa adil sama orang tua, anak, istri, saudara, keluarga, teman, pembantu, anak buah, dan lainnya

  • Jangan protes soal kemacetan, kalo lo sendiri masih jadi salah satu penyebab macet dengan membawa mobil atau motor


  • Jangan pernah ngeluh soal banjir kalo lo sendiri masih suka buang sampah sembarangan


  • Jangan sok ngurusin negara kalo ngurus kuliah lo sendiri aja gak kelar-kelar


  • Jangan suka minta duit seenaknya kalo lo sendiri gak tau gimana rasanya nyari duit


  • Jangan bilang karya orang lain jelek kalo lo sendiri gak bisa bikin karya yang lebih baik


  • Jangan pernah nyalahin polisi kalo lo sendiri belum tertib


  • Jangan pernah berniat akan berantas korupsi kalo lo sendiri masih suka nyogok ; polisi, menggunakan jasa calo, dll


  • Jangan pernah bilang orang lain kafir kalo lo sendiri gak mau dibilang kafir


  • Jangan nyuruh orang solat kalo lo sendiri masih gak solat / solat gak tepat waktu


  • Jangan pernah bangga punya harta dari orang tua, banggalah punya harta dari hasil sendiri meskipun itu sebuah "mainan kecil"


  • Jangan pernah bilang mau berubah kalo berubah lo cuma karena orang lain/terpaksa


  • Jangan bilang ikhlas kalo masih suka ngungkit-ungkit


  • Jangan pernah nghujat orang kalo lo gak mau dihujat


  • Jangan pernah bilang ke orang “Kerja gitu aja gak bener” kalo lo gak bisa ngelakuin itu sendiri




Terkadang kita perlu berkaca sebelum bertindak, agar kita bisa selalu mawas diri. Karena sebelum merubah dunia atau orang lain, lebih baik merubah diri kita terlebih dahulu

Selasa, 21 Desember 2010

Mau Maju Mental Belagu

Garuda di dadaku, garuda kebanggaanku. Ku yakin hari ini pasti menang!”. Suara riuh nyanyian penonton terdengar di segala penjuru. Ribuan suporter datang memenuhi Stadion Gelora Bung Karno Senayan (GBK). Seketika GBK di sulap menjadi lautan merah. Semua orang berpakaian dan beratributkan merah putih, bernyanyi, berteriak penuh semangat. Ya, bangsa ini memang sedang merayakan euforia kemenangan dan kemajuan TIMNAS sepak bola yang dilatih Alffred Riedl. “Kita bangga, optimis, yakin!!” kata salah satu sporternya.



Tiba-tiba sebuah berita entah benar atau HOAX minta semua penonton bola menggunakan batik serta aksesoris kesenian Indonesia seperti angklung, reog, dan sebagainya saat Final Indonesia lawan Malaysia nanti. Katanya biar Malaysia tau kalo batik dan kesenian lainnya milik kita. Terus biar seluruh dunia melihat betapa bersatunya bangsa kita dengan mencintai nilai-nilai sejarah.



Langsung aja terbesit dalam pikiran gue “Gila, FAKE banget sih!!” Nonton bola pake batik untuk nunjukin betapa kayanya kita dan biar semua tau betapa bersatunya kita. ----- MUNAFIK!!. Kecintaan terhadap bangsa kok terpaksa dan pura-pura.



Mau pake batik? Lo kata mau ke undangan. Mau bawa topeng Reog? Lo tau gak topeng reog itu segede gaban?”. Dan masih banyak pertanyaan sinis gue lainnya.



Batik udah diaku dunia sebagai salah satu budaya Indonesia, bangsa lain udah tau kalo Indonesia itu kaya, bangsa lain pasti bergetar dan takut ketika masuk stadion dan melihat LAUTAN MERAH dan teriakan INDONESIA.



Lagi pula percuma kalo cuma jadi Nasionalis dadakan. Jujur dan berkaca sama diri kita sendiri deh, berapa cinta dan bangga kita sama Tanah Air Indonesia? Apa yang udah kita lakukan untuk Indonesia ditengah morat-maritnya bangsa ini?



"Jangan tanya apa yang negara kasih buat lo? Tapi tanya apa yang lo kasih buat negara” - Pandji Pragiwaksono.


Mungkin banyak diantara kita jago ngedance apalagi pas clubbing. Tapi berapa banyak dari kita yang bisa nari daerah? Kaya Rumingkang?


Banyak dari kita atau anak kecil hafal dan fasih lagu-lagu barat. Tapi berapa banyak yang hafal dan fasih lagu daerah?


Banyak anak yang mau ikut sekolah gambar manga (animasi Jepang). Tapi berapa banyak anak yang mau belajar ngbatik?


Ketika mainan luar merajalela (Xbox, PS3, Nintendo DC, dll), berapa banyak anak kota masih suka main grobak sodor? Petak umpet, dll?


Ketika bergaul/bersosialisasi dimanapun termasuk dunia maya, kita lebih sering dan bangga menggunakan bahasa asing, biar dibilang keren katanya!! Tapi berapa banyak dari kita yang bangga menggunakan bahasa Indonesia?


Saat liburan banyak yang bangga dan merasa prestige nghabisin waktunya ke luar negeri. Tapi berapa banyak yang bangga menghabisin liburan di dalam negeri?


Saat kumpul sama teman kita pengen selalu keliatan cantik dan keren dengan pakaian bermerk buatan luar. Tapi berapa bangga kita pergi mengenakan batik dan pakaian khas buatan Indonesia lainnya?


Pengennya Negara kita maju, tapi selalu ngeluh sama keadaan. Berapa banyak dari kita yang udah memajukan Negara tanpa mengeluh?


Jadi bulshit ngomong mencintai nilai-nilai sejarah!



Banyak dari kita cuma bisa ngeluh dengan keadaan Indonesia sekarang ini tanpa ngasih solusi atau kemajuan. Kemacetan, infrastruktur, sampah, banjir, korupsi, kemiskinan, pendidikan dan bobroknya mental bangsa dijadiin alasan kita membenci sesama, kita jadi bangsa yang penuh curiga, bangsa yang gak percaya diri, bangsa yang suka nghina, padahal kita cuma bisa berkoar-koar tanpa solusi. Bilangnya mau Indonesia maju, tapi sayangnya mental masih belagu.



Mau bikin Indonesia maju banyak cara, man! Lakukan sesuai kemampuan dan keahlian sendiri. Bisa lewat seni, budaya, olahraga, sosial, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Lo bisa bikin lapangan pekerjaan sendiri, lo bisa berprestasi dengan mengharumkan nama Indonesia, atau kalo lo belum mampu berkarya banyak buat Indonesia, bisa dengan cara mudah lainnya, misal buang sampah pada tempatnya, antri, tepat waktu, menanam pohon, melestarikan binatang, mengurangi pemakaian plastik, tertib di jalan, saling menghargai, dan lain sebagainya, dengan itu sama aja lo berperan ikut serta memajukan Indonesia.



Sadar gak sih lo kalo bangsa Indonesia ini bangsa yang kaya, bahkan orang Singapur pernah bilang, “Indonesia doesn’t need the world, but the world needs Indonesia! (Indonesia tidak memerlukan dunia ini. Dunia inilah yang butuh indonesia!). Everything can be found here in Indonesia, u don’t need the world! (Semua telah tersedia di indonesia, kalian tidak memerlukan dunia!)”.



Apa jangan-jangan kita seperti ini karena mentang-mentang punya banyak kekayaan, lantas jadi sombong, gak butuh, dan lupa diri?


Liat Brunai, mereka jadi negara makmur dan kaya cuma dari minyak. Liat Singapura, mereka punya kekayaan alam apa? Gak punya! Mereka cuma punya pariwisata, tapi liat mereka jauh lebih maju dari kita. Tapi liat kita, liat di sekeliling kita, berapa banyak kekayaan alam yang Negara kita miliki? Berapa banyak kekayaan budaya kita? Berapa banyak tempat pariwisata yang bisa kita kunjungi di Indonesia? MELIMPAH!



Mulai sekarang, Bergerak, Bangga dan Cintai Indonesia setulusnya dengan cara masing-masing.



Semoga kebanggaan dan nasionalisme ini bukan hanya euforia semata.


Salam nasional-is-me

Rabu, 15 Desember 2010

Insya Allah

Teman : "Gus, ntar dateng ya ke ulang tahun gw"
Saya : "Ok, Insya Allah ya!"
Teman : "Kok gitu sih? Gak asik lo ah!"
Saya : "Lho, kan gw bilang Insya Allah, Insya Allah gw dateng"
Teman : "Ya, jangan Insya Allah dong, lo harus janji bin kudu bin wajib"


Sedih deh, makna Insya Allah banyak diartikan salah sama orang. Orang sering menyamakan Insya Allah : Liat nanti ya, gimana ntar deh, 50 : 50, gak janji ya, dll

Padahal arti Insya Allah itu sendiri adalah Jika Allah menghendaki. Misal kita punya keinginan untuk lulus ujian, terus kita belajar mati-matian biar nilainya gak jelek, terus orang tua kita bilang Insya Allah kamu lulus ujiannya, tapi pas pengumuman ternyata kita gak lulus. Nah orang tua bilang Insya Allah kita lulus tapi ternyata gak lusus, artinya kita udah berusaha semaksimal mungkin tapi kembali lagi Allah yang menentukan.

Sebagai manusia kita hanya bisa berencana dan berikhtiar, tapi kembali lagi Allah yang menentukan hasilnya. Jadi kalo disederhanain arti Insya Allah adalah 99,99% PASTI / JANJI, nah yang 0,01% adalah faktor lain yang merupakan kehendak dari Allah SWT.

Insya Allah, semoga bermanfaat

Selasa, 14 Desember 2010

Aneh,.... Namaku AGUS HARIYADI

ANEH. Kalo dilihat dari nama, mungkin banyak orang mengira saya lahir bulan Agustus. Tapi ternyata saya lahir bulan MEI.


ANEH. Saya anak ke empat dari 4 bersaudara, kakak-kakak saya menggunakan nama sesuai angka sansekerta EKA, DWI, TRI. Seharusnya sebagai anak ke 4 nama saya CATUR bukan nya Agus.


ANEH. Sepengetahuan saya nama AGUS adalah nama Jawa, padahal orang tua saya asli orang Sunda. Sebagai orang Sunda seharusnya nama saya BAGUS.


ANEH. Ketika temen sebaya saya sudah menggunakan nama modern seperti Viona, Alex, Ryan, Franky, Bryan, sedangkan nama saya masih AGUS.


ANEH. Entah apa yang mengihlami kedua orang tua saya memberi nama Agus Hariyadi. Namun (Apalah) Arti Sebuah Nama?


Saya pun coba menanyakan prihal asal muasal nama saya kepada orang tua. Apa yang mengihlami mereka hingga di era modern ini masih memberi nama AGUS HARIYADI. Inilah jawabannya :

  • AGUS diambil dari nama dokter yang membantu proses melahirkan, dr. Agus Abadi. Konon dokter Agus terkenal dengan kepandaiannya dan selalu membantu orang kapan pun. AGUS juga bisa diartikan BAGUS atau baik

  • HARI diambil dari kelahiran saya yang bertepatan dengan Hari Jadinya kota Surabaya tempat saya dilahirkan, dimana Surabaya terkenal dengan kota pahlawan, artinya orang tua saya ingin saya dapat membela dan berguna bagi negara atau orang banyak

  • YADI diambil dari nama kedua orang tuaku NURHAYATI dan MULYADI.


Jadi Agus Hariyadi adalah :


"Anak Nurhayati dan Mulyadi yang baik dan bagus yang diharapakan kelak menjadi anak yang pandai dan berguna bagi banyak orang."


Insya Allah amanah HARAPAN dan DOA orang tua saya akan selalu saya raih. Bismillah

Sabtu, 28 Agustus 2010

Prestasi

Alhamdulillah, masa kecilku terbilang cukup bahagia. Aku selalu diperlakukan bak seorang raja oleh kedua orang tuaku. Namun sayangnya ibarat "Air susu dibalas dengan air tuba" aku tergolong anak hiperaktif yang nakal dan selalu membuat onar.



Kenakalanku membuat orang tua menjadi "pelanggan setia" guru-guru di sekolah, itu pun tidak berhenti di masa sekolah saja, setelah lulus sekolah pun aku semakin nakal, rasanya segala kenalakan pernah aku  jalani dan coba. Kesimpulannya masa kecil sampai dewasa aku habiskan dengan membuat malu orang tua.

Alhamdulillah, kekhawatiran orang tuaku baru berakhir ketika aku di bangku kuliah. Aku mulai menunjukan perubahan baik, meskipun aku yakin perubahan ini buat sebagian orang adalah sesuatu yang biasa saja, tapi buatku yang dulunya "tukang onar" adalah hal yang membanggakan dan sebuah prestasi.


Berawal dari putus cinta, saat itu aku masih kuliah di salah satu Universitas swasta di Karawaci jurusan Seni Musik. Aku benar-benar marah, dendam, ”Liat aja, gue akan jadi orang lebih baik dan berhasil, biar lo nyesel” ancamku. Anehnya dedam memotivasi aku untuk menjadi lebih baik dan setelah mengikhlaskan semuanya hidupku menjadi lebih baik.


"from nothing to something"
Tahun 2003 aku pindah kuliah di salah satu Universitas di Selatan Jakarta mengambil jurusan Advertising. Jujur niat awal kuliah karena kampus dekat dengan tempat berlatih billiard, berhubung saat itu aku sedang giat-giatnya mendalami billiard.


Sebagai Atlet aku pernah mendapatkan beberapa medali Emas, Perak, dan Perunggu di tingkat Mahasiswa, Daerah, bahkan Nasional, hingga akhirnya aku dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi Dalam Bidang Olahraga oleh Kampusku.


Prestasiku tidak berhenti di situ saja, di kuliah aku mendapatkan gelar Sarjana dengan waktu 3,5 tahun dengan IPK yang cukup memuaskan buatku. Dan setelah lulus kuliah aku mendapatkan kepercayaan sebagai Asisten Dosen.


Tak lama dari itu, aku mendapatkan pekerjaan di salah satu Biro Periklanan di Jakarta. Aku sangat mencintai pekerjaanku. Buah kecintaanku terhadap pekerjaan membuat karyaku mendapat penghargaan di ajang Advertising Award. Di kantor pun aku mendapat kepercayaan atasan dan klien hingga akhirnya aku dinobatkan sebagai Employee of The Year.


Tahun 2010 aku memutuskan untuk menikah muda, saat itu usiaku baru 26 tahun dan istri 25 tahun. Ketika banyak dari teman sebayaku saat menikah langsung mendapatkan fasilitas dari orang tuanya seperti tempat tinggal, kendaraan, pekerjaan, dan lain sebaginya, aku dan istri sama sekali tidak. Kami benar-benar harus memulai semua dan membangun kehidupan bersama-sama dari bawah. Jangankan sebuah rumah, untuk "DP-nya" sekalipun kami harus menabungnya sendiri. Alhamdulillahnya dengan berdoa dan ikhtiar akhirnya aku bisa membeli sebuah rumah sendiri.


Bagiku semua yang aku lakukan terlihat sebuah prestasi. Namun apakah prestasi yang didapat sudah cukup? Sudah puas hanya prestasi "dunia" saja? Bagaimana dengan prestasi "akhirat"?


PERNAHKAH MEMBAYANGKAN?
Ketika sukses nanti, katakanlah 2 atau 3 bahkan 5 tahun kedepan dan kita sudah bisa berkata pada diri sendiri dengan heroiknya "Inilah saatnya untuk aku membahagiakan orang tua", dan menawarkan mereka sebuah rumah, naik haji, uang yang banyak, pakaian yang bagus, memberi makanan kesukaannya, memberi cucu, dan lain sebagianya, lalu mengatakan "Ini lho ma, pa..... Aku sudah menjadi 'orang' sekarang, mama papa mau apa?".


Namun sayang, omongan kita sudah tidak “berlaku” lagi, karena mereka sudah ”pergi jauh” dan meninggalkan kita selama-lamanya dan kita hanya bisa memandangi "rumah peristirahatan terakhirnya" dan meratapi penyesalan yang tidak mungkin bisa diputar kembali.


Jadi, sebelum telat bahagiakan mereka mulia detik ini juga. Caranya? Dengan apa saja. Misalnya, ketika tidur ciumlah mereka dan katakan ”I Love U Ma, Pa”, menuruti perintahnya, bahagiakan mereka, mendengarkan ketika mereka berbicara atau tindakan baik lainnya. Buat yang sudah terlanjur dan orang tuanya (maaf) sudah meninggal, mari kita DOAKAN mereka semoga mereka bahagia di surga, dan selalu mendapatkan tempat yang paling nyaman di sisiNya.


Intinya adalah BERSIKAP BAIK dan menjadi ANAK YANG SHOLEH dan SHOLEHAH yang selalu mendoakan mereka dalam keadaan apapun. Karena itulah salah satu ladang "Prestasi Akhirat" dan ”bekal” kita dan orang tua kelak.


Dalam Islam ada 3 amalan yang tak lekang oleh jarak antar Dunia dan Akhirat dan akan terus mengalir, yaitu :
  1. Ilmu yang bermanfaat, 
  2. Amal Jariyah
  3.  Doa anak Sholeh


    Keberhasilan dan prestasi dunia percuma jika tidak diimbangi dengan prestasi akhirat


    Ya, ALLAH jadikan kami sebagai anak yang Soleh dan Solehah, agar dapat menghantarkan kedua orang tua kami masuk dan menjadi penghuni Surga Firdaus. Amin


    I LOVE U BU PA

    Jumat, 07 Mei 2010

    Sejarah Sunda

    Kita sebagai manusia gak pernah tau dan gak pernah bisa menolak kita dilahirkan sebagai suku apa nantinya, karena suku itu bawaan dari kedua orang tua kita.

    Orang tua saya asli sunda, ibu Garut, bapak Tasik, jadi darah sunda saya benar-benar kental. Sebagai orang sunda asli rasanya kurang afdol kalo saya gak tau asal muasal suku saya. Dan akhirnya saya pun mendapatkan artikel tentang sejarah sunda dari internet. Berikut adalah artikelnya



    -------------------------------------------------------------------------------------------------
    Sejarah Sunda
    Written by New KAsep
    Wednesday, 28 February 2007 13:59


    Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak jaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.

    Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.

    Kronologi Sejarah Kerajaan Sunda

    Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.

    Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.



    Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanannya, Suma Oriental (1513 – 1515), menyebutkan batas wilayah Kerajaan Sunda di sebelah timur sebagai berikut: “Sementara orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda meliputi setengah pulau Jawa. Sebagian orang lainnya berkata bahwa Kerajaan Sunda mencakup sepertiga Pulau Jawa ditambah seperdelapannya lagi. Katanya, keliling Pulau Sunda tiga ratus legoa. Ujungnya adalah Ci Manuk.'



    Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.



    Hubungan Kerajaan Sunda dengan Eropa

    Kerajaan Sunda sudah lama menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa seperti Inggris, Perancis dan Portugis. Kerajaan Sunda malah pernah menjalin hubungan politik dengan bangsa Portugis. Dalam tahun 1522, Kerajaan Sunda menandatangani Perjanjian Sunda-Portugis yang membolehkan orang Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa. Sebagai imbalannya, Portugis diharuskan memberi bantuan militer kepada Kerajaan Sunda dalam menghadapi serangan dari Demak dan Cirebon (yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda).



    Sejarah

    Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bagian dari Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Galuh yang mandiri. dari pihak Tarumanagara sendiri, Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara. Tarusbawa selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar. Kurang lebih adalah Kotamadya Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).



    Kerajaan kembar

    Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.



    Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, cucu Ratu Shima dari Kalingga, di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa / SENA / SANNA, Raja Galuh ketiga, teman dekat Tarusbawa.

    Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh PURBASORA. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah.



    Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara / Kerajaan Sunda. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh, dengan bantuan Tarusbawa, untuk melengserkan Purbasora.



    Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali.

    Tahun 732 Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh ke puteranya, Tamperan / Rarkyan Panaraban. Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rarkyan Panangkaran / Rakai Panangkaran.



    Rahyang Tamperan / RARKYAN PANARABAN berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya: Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.



    Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera, bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang.



    Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi (dari Galuh, putera Sang Mansiri), yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).



    Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819).



    Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh RAKRYAN WUWUS (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.



    Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti.



    Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). RAKRYAN KAMUNINGGADING menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916).



    RAKRYAN JAYAGIRI berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942.



    Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).



    Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989).



    Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua raja Erlangga (1019-1042).



    Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.



    Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun(1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur di Bubat (baca Perang Bubat). Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).



    Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.

    Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur.



    Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).



    Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata (yang bergelar Sri Baduga Maharaja). Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, kerajaan Sunda lainnya, di tahun 1579, yang mengalibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.

    Sebelum Kerajaan Pajajaran runtuh Prabu Surya Kancana memerintahkan ke empat patihnya untuk membawa mahkota kerajaan beserta anggota kerajaan ke Sumedang Larang yang sama- sama merupakan keturunan Kerajaan Sunda untuk meneruskan pemerintahan.

    Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung yang berlokasi di Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur, memperlihatkan ke Agungan Yang Maha Kuasa) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke XII. Prabu Guru Aji Putih memiliki putra yang bernama Prabu Tajimalela dan kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal; Insun madangan”. Artinya Aku dilahirkan; Aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.





    Pemerintahan berdaulat



    Prabu Agung Resi Cakrabuana (950 M)

    Prabu Agung Resi Cakrabuana atau lebih dikenal Prabu Tajimalela dianggap sebagai pokok berdirinya Kerajaan Sumedang. Pada awal berdiri bernama Kerajaan Tembong Agung dengan ibukota di Leuwihideung (sekarang Kecamatan Darmaraja). Beliau punya tiga putra yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun.



    Berdasarkan Layang Darmaraja, Prabu Tajimalela memberi perintah kepada kedua putranya (Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung), yang satu menjadi raja dan yang lain menjadi wakilnya (patih). Tapi keduanya tidak bersedia menjadi raja. Oleh karena itu, Prabu Tajimalela memberi ujian kepada kedua putranya jika kalah harus menjadi raja. Kedua putranya diperintahkan pergi ke Gunung Nurmala (sekarang Gunung Sangkanjaya). Keduanya diberi perintah harus menjaga sebilah pedang dan kelapa muda (duwegan/degan). Tetapi, Prabu Gajah Agung karena sangat kehausan beliau membelah dan meminum air kelapa muda tersebut sehingga beliau dinyatakan kalah dan harus menjadi raja Kerajaan Sumedang Larang tetapi wilayah ibu kota harus mencari sendiri. Sedangkan Prabu Lembu Agung tetap di Leuwihideung, menjadi raja sementara yang biasa disebut juga Prabu Lembu Peteng Aji untuk sekedar memenuhi wasiat Prabu Tajimalela. Setelah itu Kerajaan Sumedang Larang diserahkan kepada Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung menjadi resi. Prabu Lembu Agung dan pera keturunannya tetap berada di Darmaraja. Sedangkan Sunan Geusan Ulun dan keturunannya tersebar di Limbangan, Karawang, dan Brebes.



    Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling. Ia dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Ia mempunyai dua orang putra, pertama Ratu Istri Rajamantri, menikah dengan Prabu Siliwangi dan mengikuti suaminya pindah ke Pakuan Pajajaran. Kedua Sunan Guling, yang melanjutkan menjadi raja di Kerajaan Sumedang Larang. Setelah Sunan Guling meninggal kemudian dilanjutkan oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan. Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan. Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Prabu Ratu Dewata). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun.



    Ratu Pucuk Umun menikah dengan Pangeran Kusumahdinata, putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung), putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan Majapahit. Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan Hindu di Sumedang Larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.



    Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri

    Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.



    Prabu Geusan Ulun

    Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M) dinobatkan untuk menggantikan kekuasaan ayahnya, Pangeran Santri. Beliau menetapkan Kutamaya sebagai ibukota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota. Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan. Setelah wafat pada tahun 1608, putera angkatnya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata atau Rangga Gempol I, yang dikenal dengan nama Raden Aria Suradiwangsa menggantikan kepemimpinannya.



    Pada masa awal pemerintahan Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan sedang dalam masa kehancurannya karena diserang oleh Kerajaan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf dalam rangka menyebarkan Agama Islam. Oleh karena penyerangan itu Kerajaan Pajajaran hancur. Pada saat-saat kekalahan Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi sebelum meninggalkan Keraton beliau mengutus empat prajurit pilihan tangan kanan Prabu Siliwangi untuk pergi ke Kerajaan Sumedang dengan rakyat Pajajaran untuk mencari perlindungan yang disebut Kandaga Lante. Kandaga Lante tersebut menyerahkan mahkota emas simbol kekuasaan Raja Pajajaran, kalung bersusun dua dan tiga, serta perhiasan lainnya seperti benten, siger, tampekan, dan kilat bahu (pusaka tersebut masih tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun si Sumedang). Kandaga Lante yang menyerahkan tersebut empat orang yaitu Sanghyang Hawu atau Embah Jayaperkosa, Batara Dipati Wiradijaya atau Embah Nangganan, Sanghyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana atau Embah Terong Peot.



    Walaupun pada waktu itu tempat penobatan raja direbut oleh pasukan Banten (wadyabala Banten) tetapi mahkota kerajaan terselamatkan. Dengan diberikannya mahkota tersebut kepada Prabu Geusan Ulun, maka dapat dianggap bahwa Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan menjadi bagian Kerajaan Sumedang Larang, sehingga wilayah Kerajaan Sumedang Larang menjadi luas. Batas wilayah baratnya Sungai Cisadane, batas wilayah timurnya Sungai Cipamali (kecuali Cirebon dan Jayakarta), batas sebelah utaranya Laut Jawa, dan batas sebelah selatannya Samudera Hindia.



    Secara politik Kerajaan Sumedang Larang didesak oleh tiga musuh: yaitu Kerajaan Banten yang merasa terhina dan tidak menerima dengan pengangkatan Prabu Geusan Ulun sebagai pengganti Prabu Siliwangi; pasukan VOC di Jayakarta yang selalu mengganggu rakyat; dan Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung dengan Kesultanan Banten. Pada masa itu Kesultanan Mataram sedang pada masa kejayaannya, banyak kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara yang menyatakan bergabung kepada Mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya Prabu Geusan Ulun menyatakan bergabung dengan Kesultanan Mataram. Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, karena selanjutnya menjadi bagian Mataram dan pangkat raja turun menjadi adipati (bupati).



    Raja-raja Kerajaan Sunda dari Salaka Nagara s/d Sumedang Larang

    Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):

    Periode Salaka Nagara dan Taruma Nagara (Dewawarman - Linggawarman, 150 - 669).

    0. Dewawarman I - VIII, 150 - 362

    1. Jayasingawarman, 358-382

    2. Dharmayawarman, 382-395

    3. Purnawarman, 395-434

    4. Wisnuwarman, 434-455

    5. Indrawarman, 455-515

    6. Candrawarman, 515-535

    7. Suryawarman, 535-561

    8. Kertawarman, 561-628

    9. Sudhawarman, 628-639

    10. Hariwangsawarman, 639-640

    11. Nagajayawarman, 640-666

    12. Linggawarman, 666-669



    Periode Kerajaan Galuh - Pakuan - Pajajaran - Sumedang Larang

    1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)

    2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)

    3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)

    4. Rakeyan Banga (739 - 766)

    5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)

    6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)

    7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)

    8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)

    9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)

    10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)

    11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)

    12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)

    13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)

    14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)

    15. Munding Ganawirya (964 - 973)

    16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)

    17. Brajawisésa (989 - 1012)

    18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)

    19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)

    20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)

    21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)

    22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)

    23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)

    24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)

    25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)

    26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)

    27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)

    28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)

    29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)

    30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)

    31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)

    32. Prabu Bunisora (1357-1371)

    33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)

    34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)

    35. Prabu Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)

    36. Prabu Surawisésa (1521-1535)

    37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)

    38. Prabu Sakti (1543-1551)

    39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)

    40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)

    41. Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M)

    Sumber:

    - Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.

    - Saleh Danasasmita, Sajarah Bogor, Tahun 2000

    - Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.

    - Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.

    - Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1

    - Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.

    sumber : http://www.facebook.com/agus.hariyadi2?ref=profile#!/notes/ari-gindrong-herianto/sejarah-orang-sunda-biar-kita-tau-siapa-kita/278833779945

    Kamis, 22 April 2010

    Jodoh Yang Membawa Berkah

    Hari Jumat adalah hari khusus buat saya. Kenapa khusus? Karena saya mengkhususkan untuk pulang kantor lebih cepat dari biasanya, yaitu jam 17.30 (Maklum jam 17.30 buat yang kerja di Advertising itu pulang cepet :p), alasannya supaya keburu sholat magrib dan ikutan pengajian Remaja Islam di Mesjid Sunda Kelapa.

    Saya dan istri sebelum menikah sampai menikah selalu membiasakan minimal seminggu sekali pergi ketempat pengajian, supaya kami bisa mendapat ilmu baru dan selalu "diingatkan" dalam menjalani hubungan yang baru kami bina ini.

    Sedikit tentang kami. Bulan Oktober 2009 awal pertemuan kami, November saya datang menemui orang tuanya untuk menyatakan keseriusan, 14 Februari 2010 saya melamar, dan akhirnya 4 Juli 2010 kami pun menikah. Singkat tapi pasti itulah yang dinamakan JODOH dan Insya Allah berkah buat kami.

    Berikut adalah ceramah tentang "Jodoh yang Membawa Berkah" dari Aa Hadi yang saya kutip dari PARIS Community (PC)

    -------------------------------------------------------------------------------------------------
    Oleh : Ust. Ahmad Hadi Wibawa (Aa' Hadi)

    • Bukan kapan menikah, yang terpenting adalah apa yang dilakukan sebelum menikah dan apa yang dilakukan setelah menikah
    • Jika tidak didasari dengan niat yang baik, maka pernikahan akan menjadi awal malapetaka
    • Pilihlah yang agamanya bagus, akhlaknya mulia, budi pekertinya santun, dan tujuan hidupnya adalah hanya untuk Allah SWT
    • Jika tidak dipersiapkan dengan baik (ilmunya), maka rumah tangga akan menjadi gudang dosa

    4 Hal penting yang harus diperhatikan dalam membangun rumah tangga yang kokoh dalam pandangan Allah SWT :

    1. Niat
    • Luruskan niat
    • Niatkan untuk ibadah
    • Niatkan untuk mencari keridhoan Allah SWT

    2. Ilmu
    • Cari ilmunya
    • Semua jika ada ilmunya akan mudah

    3. Sabar
    • Harus banyak sabar
    • Semua adalah titipan/amanah dari Allah SWT. Jika semuanya disadari adalah titipan dari Allah SWT, maka harus ada sabar di dalamnya
    • Menanti jodoh pun harus sabar
    • Jika ingin Allah SWT ridho, maka harus banyak sabar
    • Jika mau sabar, maka Allah SWT akan pilihkan jalan yang terbaik
    • “Innallah ha maas soobirin”. Allah SWT akan bersama orang-orang yang sabar
    • Kita harus tenang, apa pun kondisinya
    • Orang yang sabar akan ketemu dengan yang sabar. Allah SWT mempunyai rencana yang terbaik untuk diri kita
    • Berbahagialah dengan kebahagiaan orang lain
    • Jangan jadikan selera untuk patokan. Hilangkan selera
    • Jangan kaitkan dengan bintang, tanggal lahir, dll
    • Jodoh adalah rahasia Allah SWT
    • Banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah kuncinya, karena jodoh adalah rahasia Allah SWT
    • Lakukan evaluasi diri, jika jodoh belum juga datang

    4. Ikhlas
    • Harus ada keikhlasan dalam berumah tangga
    • Jika dibangun atas dasar keikhlasan, maka tidak ada saling tuntut menuntut
    • Jika ikhlas, maka akan senantiasa saling memaafkan

    ---------------------------------------------------------------------------------------------
    Sesi Tanya Jawab
    1. Hal-hal yang harus dipersiapkan setelah menikah?
    • Yang terpenting adalah menerima - Kuncinya adalah iman (setengahnya syukur, dan setengahnya adalah sabar)
    • Sabar adalah syukur dan tidak diam saja, melainkan bagaimana menolong diri sendiri. Contoh : Jika suami ngorok dan membuat istri tidak bisa tidur, maka ambil kapas dan tutup telinga
    • Jangan membahas kekurangannya, lihat kebaikannya. Jika niatnya ibadah, maka segala sesuatunya adalah ibadah
    • Kalau sudah suami-istri, jangan panggil nama, buat panggilan kesayangan
    • Jangan serius
    • Istri banyak senyum kepada suami, maka akan dihapus dosanya
    • Ciri istri solehah, adalah yang menyejukkan jika dipandang suami
    • Mengapa perlu iman, karena bisa jadi hari ini I Love You, besok bisa I Hate You.. Tapi kalau landasannya iman, maka segala hal yang dilakukan harus berlandaskan untuk tujuan ibadah
    • Dalam berdoa, minta diri kita yang diperbaiki terlebih dahulu, baru kemudian minta suami/istri diperbaiki
    • Tanggung jawab suami berat. Bacaan Al Quran istri, lisan istri, dst adalah tanggung jawab suami
    • Jangan pernah hidup dalam rumah tangga dengan kebohongan. Jujurlah dan apa adanya

    2. Apakah beda akidah bisa disebut jodoh?
    • Harus satu akidah dulu, baru disebut jodoh

    3. Apakah kesalahan di masa lalu, menyebabkan sulitnya jodoh?
    Jawabannya adalah Tobat :
    • Menyadari kesalahan
    • Memohon ampun
    • Tidak mengulangi kesalahan tersebut

    4. Bagaimana batasan konsep menikah harus disegerakan dengan konsep sabar yang tadi dijelaskan
    • Ada perkara yang harus disegerakan, namun ada perkara yang tidak boleh tergesa-gesa
    Contoh yang disegerakan :
    a. Mayat
    b. Hutang
    c. Anak yg sudah cukup umur dan siap untuk menikah
    • Jodoh adalah untuk dunia akhirat, bukan untuk dunia saja
    • Doa : Jika ia adalah jodohku, maka dekatkan dan mudahkan menuju ridha-Mu

    5. Bagaimana tanda-tanda petunjuk dalam istikharah
    • Jika istikharahnya benar, maka akan mudah mengenali tanda-tandanya
    • Ketika istikharah, jangan mengarah pada seseorang
    • Kalau tidak ada di mimpi, maka Allah SWT akan tunjukkan secara kasat mata
    • Ditunjukkan melalui perasaan. Namun harus dibedakan antara nafsu dengan petunjuk
    • Jangan pernah mendatangi dukun, jangan menghitung kancing, jangan membuat gulungan kertas dan kemudian mengambilnya, dll
    • Harus banyak zikir selama istikharah
    • Kita harus senantiasa ingat Allah SWT

    Kuncinya yang paling penting adalah Restu orang tua, karena Ridho Allah SWT, tergantung pada ridho orang tua


    Sumber : PARIS Community (PC)
    http://www.facebook.com/topic.php?uid=39780362601&topic=11036