Jumat, 06 Februari 2009

Radit dan Jani

Orang mana kamu? Suku apa? Anak siapa? Orang tuanya kerja apa? Tinggal dimana kamu? Berani-beraninya deketin anak saya!. Cihhhh!”. Tanya seorang bapak kepada Radit dengan ketus.

Radit namanya. Pemuda tampan, cerdas, rajin ibadah ini mencoba merantau dari Padang ke Jakarta untuk kuliah. Selain menjadi mahasiswa tiap malam dia menjadi penyanyi café sekedar untuk menambah uang sakunya. Radit terpesona dengan wanita cantik di kampusnya, Jani namanya. Namun sayang hubungan mereka harus terhambat karena perbedaan. Apakah perbedaannya itu? Ternyata Radit Padang, Jani Jawa.


LHO!! Memang ada apa dengan Padang? Ada apa dengan Jawa?


Bukankan dalam kehidupan ada yang tidak bisa DITOLAK, DIRUBAH bahkan DIMINTA?! (Seperti Suku bangsa / Ras, Jenis kelamin, Orang tua, Hari kelahiran, Bentuk Fisik, Masa lalu, Kedudukan dalam keluarga dan Agama). Bahkan TUHAN pun mengatakan bahwa, nasib, jodoh dan usia adalah rahasiaNya.


Dari hasil penelusuran, banyak pihak yang menilai bahwa masyarakat sekarang ini tergolong kedalam masyarakat yang suka BERPRASANGKA. Penilaian itu tentu bukan tanpa dasar. Saat ini masyarakat memiliki kecurigaan yang akut terhadap segala sesuatu yang berbeda. Segala sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan. Kehadiran anggota kelompok yang berbeda apalagi berlawanan akan dicurigai membawa misi-misi yang mengancam.


ADA APA DENGAN MEREKA??”

Para ahli pun mengelompokan dan mendefinisikan kejadian di atas merupa gejala dari PRASANGKA, STEREOTYPE, DISKRIMINASI, bahkan RASISME


Prasangka Menurut Daft (1999) memberikan definisi prasangka lebih spesifik yakni Kecenderungan untuk menilai secara negatif orang yang memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnik, atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik.


Ketika kasus Bom Bali 1 dan 2, Kedubes Australia, Hotel Marriot, dan sebagainnya dilakukan para teroris (Amrozi dkk) yang selalu mengatasnamakan ISLAM, berdampak buruk bagi umat Islam lainnya. Contoh, ketika kita melihat pria berjenggot tebal, mengenakan peci, jidat hitam, celana ngatung, dan membawa tas, apa yang terlintas di dalam pikiran kita? Teroris, bukan?


APA FAKTOR DAN LANDASAN ORANG BERPRASANGKA?

Menurut Poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama yakni : Stereotipe, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Ketiga faktor itu tidak terpisahkan dalam prasangka. Stereotipe memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi jarak sosial, dan setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan diskriminasi.


Sering kita dengar dan jumpai STEREOTIPE dimana-mana. Seperti : Orang Padang pelit dan pintar berdagang, Sunda suka kawin cerai dan materialisme, Jawa klemar klemer, lamban dan penurut, Batak keras kepala dan maunya menang sendiri, Cina pelit dan pekerja keras, dan sebagainya. ---- Gak enak ya ngdengernya?!


Para ahli memberi contoh : Sampai saat ini masih mudah ditemui adanya keengganan orang tua bila anak-anaknya menikah dengan orang yang berbeda etniknya. Masih mudah pula ditemui orang tua yang membatasi pilihan anak-anaknya hanya boleh menikah dengan etnis sendiri atau beberapa etnis tertentu saja, sementara beberapa etnis yang lain dilarang. Kenyataan seperti itu merupakan cerminan dari adanya prasangka antar etnik. Saya pernah mendengar secara langsung ada petuah orang tua pada anaknya laki-laki, yang kebetulan etnis jawa, untuk tidak mencari jodoh etnis Dayak, etnis Minang, dan etnis Sunda. Diluar ketiga etnis itu dipersilahkan, tetapi lebih disukai apabila sesama etnis jawa.


Setiap orang yang melakukan prasangka cenderung dia mengdiskriminasikan lingkungan sekitar. Menurut para ahli Diskriminasi adalah : Perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok (Sears, Freedman & Peplau,1999).



Hikmah yang dapat diambil dari cerita di atas adalah :

Belajar menerima kekurangan dan menghargai setiap orang, sama seperti kita menerima kelebihan orang itu, bukankan dari perbedaan kita menjadi kaya. Karena di mata TUHAN semua manusia sama.”


STOP BERPRASANGKA, STEREOTIPE, DISKRIMINASI, dan RASISEME! BERSATULAH INDONESIAKU!

4 comments:

Anonim mengatakan...

weitssss gus MATABS lahh..
nyokap gue sampe ngacungin 5 jempol, eh salah 4 jempol deh haha!

AGUS HARIYADI mengatakan...

wah kalo 4 jempol berarti sama kaki sekalian dong yh put.....hehehhehe

btw terima kasih tante nila

rezy mengatakan...

hemm... kayanya tau niy ceritaaa.... bilangin sama temen km yah... sabar.. kasian banget sih... sampe ada teori2nya sgala.. udah kaya buku sekolahan tuh... :)

good story... :)

pawartos jawa mengatakan...

gw kira curhatan doang, ampe ada teori2nya..