Jumat, 29 Agustus 2008

History of Billiard

Perkembangan olahraga biliar akhir-akhir ini telah mengalami kemajuan pesat.

Olahraga biliar telah merebak ke seluruh belahan dunia dan digemari berbagai kalangan masyarakat baik muda, tua, pria, wanita dan lapisan masyarakat lainnya. Terlihat dari munculannya events dan tayangan televisi mengenai pertandingan-pertandingan biliar baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.


Sejarah Biliar Di Asia

Biliar pada abad ke 15 di Eropa Utara menjadi olahraga yang digemari oleh lapisan atas seperti raja dan para bangsawan. Ketika bangsa Eropa melakukan penjajahan di daratan Asia, mereka membawa serta biliar ke tempat mereka menjajah, diantaranya Indonesia, Philipina dan negara Asia lainnya.


Ketika singgah di Indonesia tepatnya di Surabaya, biliar diminati oleh masyarakat lapisan bawah. Sebagian besar dari mereka tidak mempunyai pekerjaan/pengangguran, pekerja kasar, buruh, dan memiliki kebiasaan yang kurang baik seperti berjudi, mabuk, pelacuran, dan lain sebagianya. Hal tersebut menyebabkan citra biliar dipandang sebagai olahraga negatif di Indonesia.


Namun positifnya, olahraga biliar sangat populer di Asia dibandingkan di negara Eropa lainnya. Terlihat dari munculnya para pemain profesional biliar dari Benua Asia. Sebut saja Efren Reyes, Fransisco Bustamante, Alex Pagulayan (Philipina), Cho Fong Pang (Taiwan), dan yang mengejukannya lagi tahun 2005 Wu Chia Ching, bocah berumur 16 tahun dari Taiwan keluar sebagai juara dunia biliar bola 9 dan bola 8. Serta masih sangat banyak lagi pemain-pemain Asia yang menjadi juara dunia atau menjadi pemain profesional lainnya.


Memang olahraga ini masih sering menjadi perdebatan semua orang, baik posoitif maupun negatif.


a. Pandangan Positif

Bermain biliar jika di lihat dari sisi positif sengatlah bermanfaat. Seperti menyenangkan hati, menghilangkan kejenuhan (stress), ajang bersosialisasi, mendekatkan diri dengan teman, atau relasi, dan lainnya. Sedangkan dikalangan pebisnis, biliar dilihat sebagai lahan yang baik untuk berbisnis. Terbukti, pada tahun 2000 sampai 2006 sudah 400 rumah biliar di Jabotabek. Hal tersebut menguntungkan bagi biliar sendiri, karena mulai banyak sponsor dari perusahaan-perusahaan besar melakukan branding atau memberikan sponsor para atlet.


b. Pandangan Negatif

Tentunya sudah banyak yang tahu bahwa biliar identik dengan maksiat dari perjudian, seks, mabuk-mabukan dan sebagainnya. Sah saja orang menganggap seperti itu karena selain lahirnya biliar dari lapisan bawah juga memang masih banyak orang melakukan perjudian dan sebagainnya di biliar. Namun sekarang kembali lagi ke masing-masing orangnya karena tidak semua orang yang bermain biliar melakukan kemaksiatan.


Seperti yang di utarakan oleh Ralf Suquet (juara dunia 1996 dari Jerman) mengenai pendapatnya tentang olahraga biliar yang masih identik dengan judi atau hal-hal negatif. “
Saya tidak sependapat, kalau ada yang mengatakan demikian. dikarenakan, biliar sekarang ini adalah olahraga yang hampir di setiap negara berkembang dengan pesat. Biliar itu salah satu cabang olahraga dan saya tidak sependapat juga kalau dikatakan olahraga judi atau berbau hal-hal negatif. Itu tergantung dari orangnya saja. Dan, saya memang tidak pernah bermain judi dari biliar itu. Sejak kecil hanya latihan serius agar bisa berprestasi,” ujar Suquet.


Perkembangan Biliar di Indonesia

Perkembangan olahraga biliar di Tanah Air akhir-akhir ini telah mengalami kemajuan pesat. Seperti yang dikutip dari majalah Berita Biliar (September 2006:30) ”Orang yang paling berjasa mengangkat nama biliar begitu hebatnya adalah Irjen Pol. (Pur) Drs. Putra Astaman, yang dimana beliau adalah mantan ketua Umum PB POBSI (Pengurus Olahraga Besar Biliar Seluruh Indonesia) Periode 1998-2006, dimana sekarang sudah digantikan oleh Tutuk Kurniawan (pengusaha besar asal Semarang).”


Prestasi terbesar yang pernah di raih oleh Putra (panggilan akrab Irjen Pol. (Pur) Drs. Putra Astaman), sewaktu beliau membawa Tim merah putih di ajang Sea Games di Vietnam tahun 2003 dengan didampingi oleh pelatih Edi ”Dino” Hartono. Atlet Indonesia, bernama Muhammad Junarto mengalahkan pemain nomer satu dan juara dunia 2000, yaitu Efren Reyes dari Philipina di babak Semi-Final pada cabang paling bergengsi olahraga biliar yaitu bola sembilan, sehingga terjadi
All Indonesian Finals, dimana mempertemukan Muhammad Junarto dengan rekan senegaranya, Nurdin Abuba. Pertandingan tersebut dimenangkan oleh Muhammad Junarto.


Pada masa kejayaanya, Putra pun pernah mendatangkan para pemain kaliber dunia seperti : Earl Strickland (USA, Juara dunia 1990,1991 dan 2002), Chao Fong Pang (Taiwan, Juara dunia 1993 dan 2000), Ralph Souquet (Germany, Juara dunia 1996), Kunihiko Takahashi (Japan, Juara dunia 1998), Erfen Reyes (Philipina, Juara dunia 1999), Mika Immonen (Finland, Juara dunia 2001), Thorsten Hohmann (Germany, Juara dunia 2003), Alex Pagulayan (Philipina, Juara dunia 2004), Wu Chia-Ching (Taiwan, Juara dunia 2005), Ronato Alcano (Philipina, Juara dunia 2006), Francisco Bustamante (Philipina) dan masih sangat banyak lagi.


Pada Sea Games 2006 di Philipina, Putra langsung mendatangkan pelatih asing dari Taiwan yang bernama Lo Shui (guru dari mantan juara dunia dua kali, Chao Fong Pang). Namun sayangnya perjuangan para atlet Indonesia gagal, mereka hanya menyumbangkan 2 perunggu, dimana pada ajang Sea Games sebelumnya Indonesia selalu menyumbangkan medali Emas
dan akhirnya prestasi yang memukai di perlihatkan oleh atlet biliar wanita pada Sea Games 2008 di thailand atlet Angelina Magdalena Ticoalu meraih medali emas pada nomer cabang 8 ball dan perak di cabang 9 ball.


Sepeninggalan kepemimpinan Irjen Pol. (Pur) Drs. Putra Astaman, prestasi olahraga biliar pun tidak kalah hebatnya setelah di pimpin oleh Tutuk Kurniawan, atlet muda Indonesia yang bernama Muhamad Zulfikri (fikri), menjadi semi finalis
San Miguel 9 ball Tour di Khaosiung, Taiwan. Setelah itu pun prestasi para atlet Indonesia semakin membaik, terlihat dari masuknya nama Ricky Yang dan Roy Apanco dari Indonesia di jajaran 32 besar World Pool Championship 2006. Ricky Yang (Rangking 17 dunia) pun sering membawa nama harum Indonesia di ajang dunia, dengan menjadi Finalis dan Semi-finalis Guinness Asian Tour Pool Championship 2007, Juara Philippine Open 2009, China Open 2010, dan masuk ke dalam jajaran pemain top asia, serta menjadi salah satu Duta Guiness di dunia.


Jaya terus atlet INDONESIA, raih terus prestasi!


3 comments:

Anonim mengatakan...

bu bu buseeeet gus walaupun gue ga ngerti soal billiard, salut deh sama lo..
itu sampe ada sejarah2nya haha..

AGUS HARIYADI mengatakan...

hehhehehe...ini kutipan dari skripsi dan perjalanan hidup gw dengan biliar dari tahun 1995

Unknown mengatakan...

dear pak agus,

bolehkan saya dibantu untuk reverensi penulisan bapak?

soalnya saya sendang menuliskan hal yang sama pak untuk skripsi saya dan saya butuh aspek psikologis bagi permainan biliar.


terima kasih pak.